Marga Ewuh adalah sebutan akrab seorang Senopati Mataram di jaman Sultan Agung Hanyakrakusuma yang karena piawainya mengatur dan memimpin pasukan berkuda baik di medan luas maupun sempit dan sulit, kemudian dipercaya sebagai Senopati berkuda/Kafaleri dengan Gelar Senopati Marga Ewuh. Ia merupakan salah satu tokoh asli Panjer yang meniti karir kemiliteran di Mataram sejak pemerintahan Panembahan Senopati.
Nama asli Senopati Marga Ewuh tidak diketahui karena Beliau terkenal dengan nama gelar kebesarannya. Sosok Marga Ewuh juga diabadikan dalam gerakan pakem Ebleg Singa Mataram Panjer (Sendratari Yudha Cakrakusuman) yakni dalam sebuah formasi “Bedhayan Marga Ewuh” dimana dua baris pasukan menjadi satu baris (mengisahkan perjalanan melalui medan yang sempit dan sulit dipimpin oleh Senopati Marga Ewuh). Gerakan formasi Bedhayan Marga Ewuh juga menjadi sebuah gerakan yang tersulit bagi para pemain Ebleg Singa Mataram.
Tidak banyak riwayat yang menceritakan tentang kehidupan Senopati Marga Ewuh. Hanya dikisahkan, setelah keberhasilannya memporakporandakan Benteng Solitude bersama Ki Badranala, Senopati Marga Ewuh tidak bergabung kembali ke pusat kerajaan Mataram, dan memilih untuk kembali ke daerah asalnya di Panjer. Ia juga menghabiskan hidupnya di Panjer dengan memberikan pelatihan pada pasukan berkuda Kadipaten Panjer yang hingga masa Pangeran Mangkubumi (sebelum menjadi sultan Hamengku Buwana I) berada di Panjer menjadi kekuatan utamanya melawan Belanda di Ungaran Kutowinangun. Sesuai Babad Giyanti karya Yasadipura (Pujangga Keraton Surakarta), kekuatan pasukan Panjer inilah yang menjadi penentu kemenangan Hamengkubumi mendapatkan tanah Prambanan ke barat dalam Perjanjian Giyanti. Perjanjian Giyanti sendiri merupakan siasat Belanda yang merasa kewalahan dan rugi secara perhitungan kapital jika melayani perang melawan Hamengkubumi (Rm. Sujono) yang didukung oleh 3 ribu kekuatan pasukan berkuda Panjer, 30 ribu pasukan bersenjata Panjer, 3 ribu pasukan Roma (gabungan dari Sempor,Tunjungseta,dan sekitarnya), serta 3 ribu laskar Bagelen (Purworejo), sehingga dapat dikatakan bahwa kekuatan Kadipaten Panjer yang kini menjadikompleks NV. Oliefabrieken Insulinde – Mexolie – Nabatiasa – Sarinabati adalahembrio berdirinya Keraton Yogyakarta.
Marga Ewuh dimakamkan di utara Pendopo Agung Kadipaten Panjer/Kebonraja (kini dalam kompleks pemakaman Stana Panjang Panjer; perbatasan makam Nasrani dan Muslim; belakang Makodim 0709 Kebumen). Hingga kini sosok Marga ewuh masih sangat lekat di hati masyarakat Panjer. Setiap bulan Sura/Muharram (Jumat Kliwon/Selasa Kliwon) diadakan tahlil bersama warga di masjid Panjer diteruskan kerja bakti mengganti pagar Situs Marga Ewuh yang terbuat dari bambu dipimpin oleh Jurukunci Stana Panjang. Selain warga masyarakat Panjer, peziarah makam Marga Ewuh juga banyak yang berasal dari luar Panjer dan Kebumen.
Salam Pancasila!
No comments:
Post a Comment